Senin, 22 Februari 2016

PENGENDALIAN BELALANG KEMBARA



PENGENDALIAN BELALANG KEMBARA

Belalang Kembara merupakan hama penting di Indonesia termasuk di Lampung, Hama ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam program peningkatan produksi tanaman. Disebut kembara karena suka berpindah-pindah atau berimigrasi dari satu tempat ke tempat lain. Kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan hama belalang kembara sangat bervariasi sesuai jumlah populasinya.

Dengan sifat cenderung untuk membentuk kelompok yang besar sehingga dalam waktu singkat, dapat menyebar pada areal yang luas dan dapat memakan tumbuhan yang dilewatinya selama dalam perjalanan. Belalang kembara dewasa biasanya hinggap makan pada sore hari sampai malam dan pada pagi hari sebelum terbang. Belalang ini cenderung memilih makanan yang lebih disukainya, terutama spesies tumbuhan dari Famili Graminae. Dalam keadaan eksplosi juga diserang daun-daun kelapa dan tanaman dari golongan Palma lainnya. Musuh alami belalang kembara adalah penyakit parasit dan predator. Penyakit yang menyerang belalang kembara antara lain penyakit bakteri, penyakit cendawan antara lain yaitu, parasit ini dari jenis Nematoda, dan predator dari bangsa burung dan semut.

Dalam keadaan populasi belalang tinggi nampaknya peranan musuh alami ini relatif rendah. Cara-cara pengendalian yang dapat diterapkan antara lain :
1)      Kultur Teknis: yaitu mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang tidak disukai oleh belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu, melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun dan yang terlihat diambil.
2)      Gropyokan/Mekanik/Fisik: yaitu secara aktif mencari kelompok belalang di lapangan, dengan menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap.
3)      Kimiawi: Pengendalian efektif dilakukan pada stadium nimfa kecil karena belum merusak. Sedangkan pengendalain imago dilakukan pada malam hari, mulai dari belalang hinggap senja hari sampai sebelum terbang waktu pagi hari. Pengendalian sebaiknya secara langsung terhadap individu/kelompok yang ditemui di lahan.
4)      Biologis: Dengan menggunakan cendawan, dengan cara penyebaran pada tempat-tempat bertelur belalang kembara atau dengan penyemprotan dengan terlebih dahulu membuat suspensi (larutan cendawan).
5)      Pengendalian dengan Pestisida Nabati : yaitu penyemprotan menggunakan ekstrak tuba (Deris. Sp): ekstrak nimba (Azadiracht indica) pada tanaman untuk meninggalkan “Efek Residu” pestisida pada Tanaman. Pestisida nabati (Ekstrak Tuba dan Nimba) merupakan salah satu komponen yang memiliki prospek yang baik untuk digunakan dalam pengendalian belalang kembara dan juga OPT lainnya, khususnya tumbuhan tuba yang tersedia di lingkungan petani. Ekstrak bisa dibuat secara sederhana dan langsung di aplikasikan oleh petani sehingga bisa dianggap murah.

Mengingat adanya berbagai kekurangan dari pestisida yang ada sampai sekarang ini. Para ahli menganggap perlu diciptakan pestisida baru yang ideal, efektif mengendalian serangga, aman terhadap lingkungan dan harga terjangkau oleh pengguna. Banyak informasi hasil penelitian tentang jenis tumbuhan yang mengandung senyawa aktif dan berpotensi sebagai insektisida diantaranya adalah tuba (Deris. Sp) yang mengandung bahan aktif Rotenon dan Nimba (Azadiracht indica) mengandung bahan aktif Azadirachtin. Dapat mempengaruhi perilaku belalang dan barbagai serangga lainnya, berfungsi sebagai penghambat nafsu makan/antifedant, repallent, attractan, menghambat perkembangan serangga, menurunkan keperidian hingga berpengaruh langsung sebagai racun. Penggunaan pestisida nabati tidak persistem/mudah terurai di alam sehingga penggunaannya aman bagi lingkungan.

Proses Pembuatan Ekstrak:
a)      1 kg akar tuba atau daun nimba dicuci dengan air sampai bersih.
b)      Potong akar tuba dengan ukuran kecil kemudian ditumbuk sedangkan daun nimba langsung dihaluskan atau dapat juga diblender sampai menjadi potongan kecil.
c)       Satu kilogram akar tuba atau daun nimba yang telah dihaluskan dimasukan kedalam jirigen isi 20 liter, kemudian ditambah air bersih.
d)      Rendam minimal 3 hari setelah itu disaring dan ditambahkan bahan perekat (cytowett/detergen) dan siap digunakan Ekstrak akar tuba dan nimba dapat dibuat dalam jumlah yang cukup banyak dan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga sewaktu-waktu ada serangan belalang pestisida nabati tinggal disaring dan disemprotkan pada tanaman.
e)      BAHAN BAKU (AKAR TUBA/DAUN NIMBA) > PENCUCIAN > PENGIRISAN/PENGHALUSAN > PERENDAMAN > PENYARINGAN DAN PEMBERIAN LARUTAN PEREKAT > APLIKASI. Pada akhirnya, pemantauan populasi secara berkala dan keadaan penyebaran belalang di tingkat usahatani harus mendapat perhatian yang seksama baik oleh petugas (Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman, Penyuluh Pertanian dan lain-lain). Adanya informasi mengenai perkembangannya menjadi masukkan untuk mengambil tindakan yang perlu dilakukan, disamping itu, upaya menjaga kelestarian predator belalang yang ada di alam seperti burung dan lainnya harus ditingkatkan.
Sumber: Tati Purnawati (BP4K Lamtim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar